Demo Blog

Piknik gratis plus baptis

by Tentang blog on Nov.22, 2009, under



Siapa sangka, tawaran piknik gratis itu berbuah pemurtadan. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 34 warga Karangtengah, berhasil dimurtadkan dalam semalam.


Awalnya, Abang Siregar, warga pendatang keturunan Batak, mengajak warga Karangtengah berwisata ke Pangandaran. Mereka bukan saja ditawarkan piknik gratis, juga dijanjikan akan diberi uang seratus ribu rupiah sepulang dari wisata.

Bagi warga yang kebanyakan tidak mampu dan jarang bepergian itu, tawaran tersebut ibarat angin surga. Habis piknik gratis, dapat uang pula. Tidak ada kecurigaan sedikit pun kalau mereka hendak dimurtadkan.

Ajakan itu disambut beberapa orang warga. Mereka lalu berkumpul dan langsung berangkat dari Kadungora dibawa sebuah mobil angkutan umum ke sebuah gereja yang terletak di jalan Pramuka Garut. Konon, gereja hanya tempat transit sementara.

Setelah menginap satu malam, pagi harinya rombongan langsung diberangkatkan sebuah bus disertai beberapa orang pendeta. Para warga begitu riang menikmati perjalanan wisata.

Sebagian warga menaruh kecurigaan selama perjalanan tersebut. Mereka menangkap keganjilan sejak menginap di gereja hingga perjanan wisata dibarengi pendeta. Selama dalam perjalanan yang memakan waktu berjam-jam itu, mereka sedikit pun tidak diberi makanan.

Saat itu setiap orang hanya diberi sepotong lontong. Padahal, perut mereka benar-benar keroncongan karena tidak mendapatkan makanan sedikit pun selama perjalanan.

Kecurigaan kian mengental saat tahu mereka dibawa lagi ke sebuah gereja setibanya di daerah wisata Pangandaran. Yang cukup mengejutkan, di gereja itu ternyata telah berkumpul banyak orang dari berbagai pelosok dari daerah Garut.

Di gereja itulah mereka dijamu dengan banyak makanan mewah. Kontan saja seluruh peserta piknik yang memang sudah lapar sedari tadi, tergiur begitu melihat makanan enak ada di depan mata.

Hanya, mereka dilarang untuk mencicipi makanan tersebut sebelum menandatangani sebuah berkas. Menurut pengakuan korban, sebagian besar mereka sedikit pun tidak tahu isi berkas tersebut. Berbagai perasaan warga berkecamuk setelah itu.

Ada yang menolak menadatangani, ada yang menangis, ada juga yang menurut begitu saja menandatangani berkas yang disodorkan karena rasa lapar yang terus mendera.

Kebanyakan para korban tidak sadar, berkas yang mereka tandatangani itu adalah surat pernyataan kesiapan pembaptisan. Setelah berkas itu ditandatangani, di sana mereka dimandikan kemudian dibaptis.

Para korban benar-benar tidak sadar apa yang telah mereka lakukan. Padahal, sejak penandatanganan dilakukan, sejak itu pula mereka tengah digiring pindah agama, dari penganut Islam menjadi seorang Kristiani.

Setelah seharian penuh menikmati wisata pemurtadan, semua warga bertolak kembali ke daerah masing-masing. Dalam perjalanan pulang, beberapa sindiran dari korban sempat terlontar kepada para pendeta yang ikut rombongan.

Sang pendeta cuek saja, bahkan pura-pura tidak mendengar cemooh yang terlontar jelas kepada mereka. Setibanya di Garut, mereka tidak langsung pulang ke rumah masing-masing. Mereka dibawa kembali ke gereja untuk kemudian dibagikan uang mulai limapuluh hingga seratus ribu rupiah.

Dua pekan setelah wisata pemurtadan, kejadian ini rupanya diendus seorang guru sekolah dasar, Asep Lukman. Melalui laporan istrinya, ada warga Cimuncang yang masuk Kristen.

Tak percaya, bapak berusia 44 tahun yang berprofesi sebagai guru olahraga di SD Karangsalam 3 itu, mengkonfirmasi berita yang baru diterimanya tersebut kepada Ustadz Haris yang dianggap sesepuh Kampung Cimuncang.

Rupanya Ustadz Haris pun menerima kabar serupa dari ketua RT setempat. Keduanya akhirnya bersepakat untuk menelusuri dan mengecek kebenaran informasi yang baru diperolehnya. Warga tidak menaruh curiga pada AS, dalang pemurtadan, karena telah lama menjadi penduduk Karangtengah.

“Delapan tahun AS tinggal bersama kami. AS menikahi seorang gadis penduduk asli desa kami. Bahkan, AS menikah secara Islam. Sekalipun, pembuktian keislamannya itu tidak terlihat baik oleh warga,” ujar Asep.

Setelah mengumpulkan informasi secukupnya, didapatkanlah beberapa nama yang dicurigai telah berpindah agama. Asep lantas menyusun siasat. Beberapa orang yang dicurigai dikuntit Asep sampai kemudian tiba di sebuah gereja. Meski dengan perbekalan ponsel sederhana, Asep terang-terangan mengambil gambar orang tersebut saat keluar-masuk gereja.

Upaya Asep diketahui korban. Korban segera mendatangi Asep dan menanyakan maksud pengambilan gambar tersebut. Saat itu Asep justru balik bertanya, apa yang tengah dilakukan korban di gereja tersebut. Bagi Asep, kejadian yang baru disaksikannya itu merupakan fakta penting yang kian menguatkan dugaan warga selama ini.

“Korban sempat beralasan tertinggal jaket di gereja. Jumlah mereka saat kepergok ada empat orang. Saya kenal mereka semua,” ujar Asep.

Setelah didesak, korban mengakui dan menyebutkan bahwa bukan dirinya saja yang telah berpindah keyakinan. Ada sekitar 34 orang warga Karangtengah yang telah dikristenkan, tepatnya pada saat mereka berwisata ke Pangandaran.

Sebagai warga Muslim yang taat, Asep jelas merasa terusik dengan kejadian tersebut. Berbekal data dan fakta yang ada, Asep Lukman dan Ustadz Haris langsung melapor kepada Ketua MUI Desa, KH Asep Bahrul Hayat. Ketiganya lalu mengumpulkan data-data berikut menginvestigasi beberapa orang yang disinyalir telah masuk Kristen.

Berdasarkan bukti dan fakta yang ada, ditengarai pelaku pemurtadan dilakukan oleh jaringan gereja Advent Masehi Hari Ketujuh. Dalam investigasi itu ditemukan juga beberapa dokumentasi penting berupa sertifikat pembaptisan, kitab suci Kristen, majalah Adventist World, dan sebuah buku seorang misionaris yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Sunda.

Setelah menghubungi aparat setempat, seminggu kemudian, diadakanlah pertemuan dengan dihadiri oleh Muspika setempat. Pertemuan juga dihadiri para korban. Pada pertemuan tersebut masyarakat diberikan pengarahan seputar bahaya Kristenisasi sekaligus pembagian sembako bagi masyarakat tidak mampu terutama bagi korban pemurtadan.

Akhirnya, dengan disaksikan semua warga dan aparat setempat, para korban saat itu mengikrarkan syahadat kembali dengan rasa penyesalan mendalam. Mereka benar-benar merasa tertipu dan tidak tahu-menahu dengan upaya pemurtadan terselubung tersebut.

Dari 34 korban pemurtadan, yang berhasil dikembalikan keyakinannya sebanyak 30 orang. Sementara 4 orang lainnya, yang diduga dalang sekaligus agen yang aktif menyebarkan misi Kristenisasi ini, langsung kabur setelah melihat gelagat warga setempat mengendus upaya busuk mereka.

Hampir saja terjadi bentrok antarwarga akibat pemurtadan ini. Betapa tidak, warga yang kesal keluarganya dimurtadkan, kemudian mencoba mencari dalang pemurtadan. Karena dalang utama AS tidak berada di tempat, mereka mencari warga setempat yang diduga aktif menyebarkan ajaran Kristen di daerahnya.

Atas saran sesepuh dan aparat setempat, upaya penghakiman massa itu akhirnya dapat dihindari. Terlebih pelaku yang dimaksud telah kembali masuk Islam. Pada pertemuan yang juga dihadiri pejabat Kabupaten Garut tersebut, dibentuklah Forum Penyelamat Akidah Umat (FPAU). Asep Lukman kemudian terpilih sebagai ketuanya dan Ustadz Arsyad Salim sebagai sekretaris.

Diprakarsai GARIS (Gerakan Reformasi Islam) wilayah Jabar, disusunlah rencana guna mempertanggungjawabkan beberapa orang terkait atas peristiwa menghebohkan itu. Atas restu dan kesepakatan bersama, tim FPAU dan GARIS Jabar melayangkan surat kepada Ketua DPRD Kabupaten Garut agar bisa beraudiensi dengan aparat setempat dan pelaku pemurtadan.

Pertemuan segitiga pun dilangsungkan. Dengan dihadiri pejabat Pemda Kabupaten Garut, pertemuan Tim FPAU dan pengurus gereja Advent berlangsung di gereja yang sama. Dari gereja Advent Masehi Hari Ketujuh diwakili Pendeta Oliver Tambunan.

Di depan Pemda setempat, tim FPAU langsung mengklarifikasi upaya pemurtadan yang menimpa warga mereka kepada pihak gereja. Sekalipun awalnya keberatan, sang pendeta akhirnya mengakui upaya busuk mereka memurtadkan warga bersangkutan.

Saat itulah dibuat perjanjian penting. Dalam surat perjanjian itu disepakati tiga poin berisi tuntutan agar pihak gereja Advent Masehi Hari Ketujuh mengembalikan umat Islam yang telah berpindah agama dari Islam ke Kristen, tidak melakukan penyebaran agama kembali, serta memohon maaf kepada umat Islam atas peristiwa yang telah terjadi baik secara lisan dan tulisan di berbagai media.

Apabila pihak gereja tidak melaksanakan tuntutan di atas, maka pihak gereja Masehi Advent Hari Ketujuh bersedia keluar dari wilayah perjanjian. Surat perjanjian ini dilengkapi materai, ditandatangani oleh Asep Lukman dari Forum Penyelamat Akidah Umat (FPAU), Pdt. Oliver Tambunan dari Gereja Advent, Djudju Nuzuluddin dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Undang Hidayat dari MUI Kabupaten Garut, dan H. Firdaus sebagai Kepala Depag Kabupaten Garut.

Untuk mengantisipasi hal serupa terulang kembali, Camat Kadungora, Drs. Aang Suhana dan Tim Penyelamatan Akidah Umat (TPAU) menyebarkan surat edaran kepada 177 Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) yang ada di kecamatan Kadungora. Isi edaran tersebut mengimbau warga agar selalu waspada terhadap berbagai ajakan menggiurkan dalam upaya pemurtadan.

KH. Asep Bahrul Hayat, Ketua MUI Desa mengatakan, “Mereka itu dijebak. Saat ada tawaran piknik gratis dan pembagian uang secara cuma-cuma, kontan saja banyak warga tertarik. Jangankan ke Pangandaran, ke Garut kota saja mereka bisa dibilang belum pernah. ”

Kiai Bahrul bekerjasama dengan komponen masyarakat memberikan bantuan modal terutama untuk kelangsungan hidup para korban. “Agar para korban mendapatkan penghasilan tetap. Dengan cara itulah perhatian dari saudara sesama keyakinan akan mereka rasakan,” tegasnya.

Desa Karangtengah yang berpenduduk kurang lebih 5263 jiwa tersebut, tercatat sekitar 2830 warga tergolong miskin. Mayoritas warga kebanyakan berprofesi sebagai buruh tani. Upaya ke depan yang perlu dilakukan adalah melakukan pembinaan rutin warga, menganjurkan untuk lebih sering mengikuti pengajian, dan membina tali silaturahim terutama membantu mereka yang berkekurangan.

“Misi Kristenisasi ini dijalankan masif dan agresif. Kadungora bukan satu-satunya target. Upaya pemurtadan serupa banyak menyasar daerah-daerah pelosok lain di Garut seperti Bungbulang, Cikajang, Cisewu, Cilawu, Cijayana, Leles, Rancabuaya, dan lainnya,” ujarnya.

Sayangnya, tidak ada imbauan tegas dari Pemda Garut terhadap misi pemurtadan ini. Bahkan dalam kasus Kadungora, seperti pengakuan Asep Lukman, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) terkesan dingin. “Padahal, ini kan wilayah kewenangan mereka,” tegas Asep.

Bukan Desa Karangtengah saja yang terjebak pemurtadan. Desa sekitar juga tak luput dari upaya pemurtadan seperti Desa Gandamekar, Karangmulya, dan Hegarsari. Desa Karangtengah yang terdiri dari sembilan kampung, tiga diantaranya terkena pemurtadan yaitu Lanjung, Bojongsalam, dan Cimuncang.

Kabar pemurtadan ini jelas tamparan besar. “Semoga misi pemurtadan tidak terulang lagi. Kita melindungi semua agama yang diindungi undang-undang. Tapi, menyasar warga yang beragama, itu sebuah kekeliruan. Dikuatirkan terjadi konflik besar yang merembet ke tengah-tengah masyarakat,” tegas Aang Nazarudin, Kepala Desa Karang Tengah.

Guna menghadang upaya pemurtadan, GARIS Jabar kemudian merintis pembentukan organisasi serupa. Banyak anggota dari Forum Penyelamat Akidah Umat (FPAU) yang bergabung dalam gerakan antipemurtadan yang kini tengah berkonsentasi menangani sejumlah aliran sesat tersebut.

GARIS Garut kini terus bergerak menyadarkan pemahaman masyarakat akan bahaya Kristenisasi. Mereka terus menggalang dana operasional dari anggotanya seadanya karena memang belum memiliki penyandang dana tetap.

“Masyarakat, terutama para agniya Muslim masih minim pemahaman mendukung upaya-upaya menghadang pemurtadan. Padahal, untuk membina para korban yang sudah masuk kembali pada ajaran Islam jelas membutuhkan dana yang tidak sedikit. Apalagi kebanyakan mereka tergolong kurang mampu,” ujar Ustadz Asep MH, Ketua GARIS Garut. (Yusuf Burhanuddin)

Bagi Anda yang ingin membantu silakan transfer ke rekening
BCA 412 11 81643 a/n Eman Mulyatman.
Konfirmasi : 021-8515513 dengan Nesa
»»  READMORE...
0 komentar more...

WASPADA KRISTENISASI DI MUSHALA

by Tentang blog on Nov.22, 2009, under ,



sabili.co.id

Seperti biasanya, menjelang Dzuhur, Sumaryono, aktivis Muhammadiyah di Kelurahan Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, pergi ke mushalla untuk shalat berjamaah. Yono datang lebih awal karena bertugas mengumandangkan adzan tepat waktu di mushalla yang hanya 500 meter dari rumahnya. Setiba di mushalla yang lokasinya di belakang Stasiun Kereta Api Pondok Kopi ini, Yono melihat buku saku bersampul kuning tergeletak di bawah pintu.

Awalnya, ia mengira buku berjudul “Jalan Tauhid Lurus ke Surga” itu adalah bacaan islami, karena banyak mengutip ayat-ayat al-Qur'an. Tapi setelah meneliti lebih seksama, ternyata isinya menyudutkan Islam, Allah dan Nabi Muhammad saw.

“Ini pasti buku Kristenisasi,” batin Yono. Maka, tanpa pikir panjang, ia mencari orang yang memasukkan buku ini ke mushalla. Di luar hanya ada anak-anak kecil yang memegang selebaran tentang kiamat.

Selebaran ini juga misterius, karena tidak mencantumkan nama dan alamat penerbit. Isinya juga banyak mengutip al-Qur'an dan hadits, tapi menyanjung Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat. Maka, Yono menyimpulkan, ”Ini juga Kristenisasi.”

Menurut anak-anak yang sedang main di halaman mushalla itu, buku dan selebaran ditaruh orang yang tak mereka kenal. Anehnya, orang itu memakai baju koko dan peci.

Buku yang berjudul “Jalan Tauhid Lurus ke Surga” ini berisi ajakan untuk beribadah menyembah Yesus Kristus. Ini terlihat pada bagian yang mengajak pembaca untuk menyeleksi para nabi, dimulai dari Ibrahim, Musa, Yesus, sampai Muhammad saw.

Ia menulis, “Sebelum mengikuti satu tokoh, seharusnya dikenali lebih dulu watak tokoh itu, apalagi jika hendak menyembah tokoh tersebut.” (hlm 15).

Ajakan yang sarat kemusyrikan ini bertolak belakang dengan spirit judul yang menawarkan jalan tauhid yakni, beribadah hanya kepada Allah SWT. Memilih nabi manapun sebagai tokoh untuk dijadikan sebagai Tuhan adalah langkah yang salah dalam beragama. Sebab para nabi tak satupun yang memproklamirkan diri sebagai Tuhan. Semua nabi mengajak manusia beribadah dan menyembah pada satu-satunya Tuhan yang haq yaitu Allah SWT.

Nabi Ibrahim mengajak umatnya menyembah Allah yang Maha Menciptakan, Maha Memberi hidayah, Maha Memberi rezeki, Maha mengampuni, Maha menyembuhkan, menghidupkan dan mematikan (QS az-Zukhruf: 27-28, asy-Syu’ara: 78-82). Nabi Musa pun bertauhid pada Allah yang menciptakan bumi, langit dan seluruh isinya (QS asy-Syu’ara: 24, al-A’raf: 121-122). Bandingkan dengan Alkitab (Bibel) tentang ajaran tauhid Nabi Musa (Ulangan 4:35, 4:39, 6:4, dan 32:39).

Nabi Isa (Yesus) juga mengajak umatnya untuk bertauhid menyembah Allah tanpa mempersekutukan dengan sesuatu apapun. Dengan keras beliau menyatakan kafir bagi orang yang menjadikan dirinya sebagai Tuhan. Semua orang yang mempersekutukan Allah itu haram masuk surga dan akan dimasukkan di neraka (QS al- Ma’idah: 72-73).

Jika berpikir objektif, semestinya penulis buku pemurtadan ini bisa menangkap ajaran tauhid Yesus dalam Bibel. Secara tegas Yesus mengajarkan kepada muridnya bahwa hukum yang paling utama adalah mengesakan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang benar, dan mengakui Yesus bukan sebagai Tuhan tapi utusan Tuhan (Markus 12: 29, Yohanes 17: 3).

Muhammad saw sebagai nabi pamungkas juga mengajarkan tauhid (QS Muhammad 19, as-Syuuraa: 11, al-An’aam: 163, al-Mukminun: 91, an-Nahl: 51, dan lainnya). Jadi, betapa pun hebatnya sang tokoh, tapi ia tidak boleh dijadikan sebagai Tuhan, karena sampai kapan pun tokoh itu adalah makhluk (ciptaan) Tuhan. Maka kekaguman pada seorang tokoh hendaklah dialamatkan pada Tuhan yang memberikan kehebatan (mukjizat) pada tokoh itu.

Mungkin saja, penginjil penulis brosur ini masih rabun imannya, sehingga tidak bisa membedakan antara manusia dengan Allah. Seyogianya ia menelaah buku “Perbedaan Allah dan Tuhan Rekayasa dalam Tinjauan Al-Qur'an.” Dalam buku ini, penulisnya, Muhammad Thalib, menjelaskan 20 karakteristik yang membedakan Allah SWT dengan Tuhan rekayasa atau ciptaan manusia.

Tapi penulis buku kristenisasi ini cukup licik dalam mengelabui pembaca. Agar tidak dituding Kristenisasi, ia tidak mau mengaku sebagai Kristen, melainkan seorang “Ahlul Injil” (penganut Injil). Injil yang dimaksud juga bukan kitab Injil, karena Yesus tidak membawa kitab dan tidak menerima wahyu (firman) Tuhan, karena Yesus itu adalah wujud dari firman Tuhan.

Menurutnya, Injil hanyalah berita suka cita yang disampaikan oleh Yesus (hlm 18).

Tipuan ini sebenarnya menipu diri sendiri, karena pada beberapa bagian ia tidak menutupi iman kekristenannya. Misalnya, ketika mengajak pembaca untuk mengakui doktrin Kristen tentang inkarnasi Tuhan menjadi Yesus:

“Janji setia Ahlul Injil berbunyi: ‘Saya menyembah Tuhan yang menciptakan diriku yakni, Pemilik surga.... yang tampil dalam wujud manusia Yesus Kristus. Amin” (hlm 20).

Menyatakan diri sebagai Ahlul Injil yang berbeda dengan Kristen karena berpedoman pada Injil Yesus, bukan Injil dalam Bibel, adalah kebohongan yang tidak lucu. Karena pada halaman terakhir, ia menyebutkan 7 sikap Ahlul Injil yang semua didasarkan pada Injil Matius, Markus, dan Yohanes. Lantas, apa bedanya Ahlul Injil dengan Kristen? Sami mawon, dong!

Keyakinan bahwa Yesus tidak menerima wahyu (firman) dari Tuhan, semakin membuktikan bahwa misionaris penulis buku saku ini hanyalah teolog abangan yang tidak memahami kitab sucinya sendiri. Apalagi terhadap kitab suci agama lain. Pasalnya, pernyataan misionaris ini dibantah oleh Yesus dalam Bibel: “Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepadaku telah kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya,” (Yohanes 17:8).

Jika Yesus diyakini tidak pernah menerima firman Tuhan karena Yesus adalah wujud inkarnasi firman Tuhan, apakah sabda Yesus dalam Injil Yohanes tersebut harus digadaikan?

Aneh memang. (TIM FAKTA)
»»  READMORE...
0 komentar more...

27/08/2010 :: Internasional :: Rabbi Penganjur Pembunuhan Bayi itu Dibebaskan Ka’bah Menggetarkan Hati Ratusan Pekerja Cina

by Tentang blog on Nov.22, 2009, under ,



dakwatuna.com – Mekah. Hidayat bisa datang dari cara yang tak pernah diduga. Mungkin itu pula yang dialami ratusan pekerja Cina di Arab Saudi yang kemudian memilih Islam sebagai agamanya yang baru.

Setelah melihat Ka’bah dari televisi, tiba-tiba hati mereka bergetar. Pintu hidayah seakan terbuka. Dan Allah SWT pun melapangkan jalan mereka untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Lebih dari 600 pekerja asal Cina berpaling menjadi Muslim setelah mendapatkan pengalaman spiritual di Arab Saudi.

Mereka adalah bagian dari 4.600 warga Cina yang sedang mengerjakan proyek rel kereta api yang menghubungkan Makkah dan Madinah. Rel kereta itu nantinya akan melalui Jeddah dan Khum. Peristiwa yang sempat menghebohkan itu terjadi tahun lalu.

Awalnya, kedatangan ribuan pekerja Cina itu sempat dipertanyakan warga Arab Saudi. Pasalnya dari 4.600 pekerja itu hanya 370 orang yang Muslim. Warga meminta agar pemerintah mempekerjakan buruh Cina yang beragama Islam. Namun Allah mempunyai rencana lain dengan kedatangan para pekerja itu.

Kedatangan ke Arab Saudi ternyata membuka peluang bagi mereka untuk melihat Islam langsung dari tanah tempat agama ini diturunkan. Seperti yang dikatakan seorang pekerja yang telah menjadi Mualaf. Pekerja yang telah mengganti namanya menjadi Hamza (42) ini mengaku tertarik pada Islam setelah melihat Ka’bah untuk kali pertama di televisi Saudi. ”Ini menggetarkan saya. Saya menyaksikan siaran langsung sholat dari Masjidil Haram dan umat Islam yang sedang berjalan memutari Ka’bah (tawaf),” katanya.

”Saya bertanya ke teman yang Muslim tentang semua hal ini. Dia kemudian mengantarkan saya ke Kantor Bimbingan Asing yang ada di perusahaan, di mana saya memiliki kesempatan untuk belajar tentang berbagai aspek mengenai Islam,” tuturnya. Kini Hamza merasa lebih bahagia dan lebih santai setelah menjadi seorang Muslim.

Pekerja lainnya, Ibrahim (51), mengalami peristiwa yang hampir serupa pada September tahun lalu. Dia yang bekerja di bagian pemeliharaan perusahaan negara, Kereta Api Cina, menjadi seorang Muslim usai melihat Ka’bah. ”Meskipun kami berada di Cina, kami tidak memiliki kesempatan untuk belajar tentang Islam. Ketika saya mencapai Mekah, saya sangat terkesan oleh perilaku banyak warganya. Perlakuan yang sama bagi orang Muslim dan non-Muslim memiliki dampak besar pada saya,” tambahnya.

Sementara, Abdullah Al-Baligh (51), terinspirasi untuk memeluk Islam setelah melihat perubahan positif dari rekan-rekannya yang lebih dulu menjadi mualaf. ”Enam bulan setelah saya tiba di Makkah, saya melihat bahwa rekan saya, yang sudah menjadi Muslim, telah benar-benar berubah. Tingkah lakunya patut dicontoh. Saya menyadari bahwa Islam adalah kekuatan penuntun di balik perubahan tersebut,” ujarnya.

”Ketika saya bertanya padanya, ia mengatakan bahwa ia sama sekali tak tahu tentang agama ini selama di Cina. Sekarang, ia memiliki pemahaman yang tepat tentang Islam dan ingin menjadi lebih teladan.”

Begitu pula dengan Younus. Pekerja asal Cina ini baru mempelajari Islam ketika berada di Makkah. ”Islam di Cina begitu kurang. Aku baru mengetahui Islam setelah datang ke Saudi,” ujarnya.
»»  READMORE...
0 komentar more...

Hari raya yang selama-lamanya

by Tentang blog on Nov.22, 2009, under ,


Pada malam hari raya idul fitri banyak rumah-rumah yang penuh dengan makanan,
anak-anak memakai baju baru, kecuali seorang anak yang ayahnya sedang keluar di jalan Allah.

Anak itu berkata kepada ibunya, wahai ibu dimana ayah, kenapa tidak ada baju baru, kenapa tidak ada makanan. Mendengar pertanyaan anaknya, sang ibu kemudian sholat 2 rakaat, tapi bukan untuk meminta makanan ataupun baju baru, tapi meminta kepada

Allah jawaban yang tepat untuk anaknya. Selesai sholat dan berdoa anaknya dipanggil.
Wahai anakku ketahuilah hari ini teman2mu merayakan hari raya mungkin 2 atau 3 hari saja tapi ayahmu sedang mencari hari raya yang selama-lamanya.
Wahai anakku ketahuilah makanan yang dimakan teman2mu mungkin 2 atau 3 hari akan habis atau akan basi tapi ayahmu sedang mencari makanan yang tidak pernah habis dan tidak pernah basi selama-lamanya.

Wahai anakku ketahuilah baju-baju baru yang teman2mu kenakan mungkin 3 atau 4 bulan akan lusuh tetapi ayahmu sedang mencari baju yang tidak pernah lusuh selama-lamanya.
Sang anak bertanya ” dimanakah itu ibu?”, sang ibu menjawab di surgaNya Allah SWT.

Maka sang anak berlari keluar rumah mengatakan pada teman2nya, wahai teman2 ayahku punya hari raya yang selama-lamanya, punya makanan yang tidak akan pernah basi atau habis, punya baju yang tidak akan pernah lusuh.
Maka teman2nya bertanya “dimana itu?” jawabnya di surga Allah SWT.

Maka teman2nya pulang kepada ayah-ayahnya dan berkata “ayah kami tidak mau hari raya 2 atau 3 hari tapi selama-lamanya, kami tidak mau makanan yang cepat basi tapi yang tidak pernah basi, kami mau baju yang tidak pernah usang?”

Ayah mereka bertanya “dari mana ini kalian dapat seperti ini?” kata mereka itu anak yang ayahnya sedang keluar di jalan Allah. Akhirnya satu kampung keluar di jalan Allah. (true story from ustadz adrian)

sumber : rkn2003.wordpress.com
»»  READMORE...
0 komentar more...

syair tentang Zuhud

by Tentang blog on Nov.22, 2009, under



Aku tahu, rezekiku….
Tak mungkin diambil orang lain
Karenanya, hatiku tenang

Aku tahu, amal-amalku…
Tak mungkin dilakukan orang lain
Maka aku akan sibukkan diriku untuk beramal

Aku tahu, Allah selalu melihatku
Karenanya, aku malu bila Allah..
Mendapatiku melakukan maksiat

Aku tahu, kematianku menantiku
Maka aku persiapkan bekal untuk..
berjumpa dengan Rabb-ku…

(Hasan Al Basri)
»»  READMORE...
0 komentar more...

PERBEDAAN PENDAPAT, PERBEDAAN PENAFSIRAN, BEDA CARA MENGAMALKAN SYARI’ATNYA,

by Tentang blog on Nov.22, 2009, under , ,



DI DALAM AGAMA ISLAM TERDAPAT:
PERBEDAAN PENDAPAT,
PERBEDAAN PENAFSIRAN,
BEDA CARA MENGAMALKAN SYARI’ATNYA,

Perhatian
Artikel ini tidak untuk diperdebatkan. Apabila anda berbeda pendapat silahkan
anda membuat artikel sendiri, berdasarkan dalil-dalil yang anda yaqini
kebenarannya. Niat saya hanya menyampaikan satu ayat dua ayat agar umat Islam
yang belum mengetahui, supaya mengetahui beberapa ayat-ayat Al Qur’an yang
terkandung didalam artikel ini, bagi yang sudah mengetahui ya untuk mengingat
kembali, setelah mengetahui mudah-mudahan bisa menambah iman dan takwa bagi
mereka yang ikhlas dan mau mengamalkannya, didalam kehidupannya sehari-hari..

A’udzu billahis sami’il ‘aliimi minasy syaithaanir rajiim.
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Bapak-bapak, Ibu-ibu, Saudara-saudara, dan Adik-adikku yang saya hormati, yang
saya cintai dan insya Allah dirahmati, diberi petunjuk dan hidayah dan
dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT).

APABILA ANDA BEDA PENDAPAT,
KEMBALIKAN KEPADA AL QUR’AN DAN HADITS.

Pada kesempatan ini saya akan mengulas tentang perbedaan pendapat, perbedaan
penafsiran, perbedaan pengertian dan perbedaan cara mengamalkan syari’at agama
Islam dan Fiqh, didalam kehidupan masusia sehari-hari.

SYARI’AT : Terdiri dari Al Qur’an dan Hadis
FIQH : Terdiri dari Ijmak dan Qiyas

FIQIH : Taufiqy – Ijtihad

SYARI’AT
Apakah Syari’at itu? Syari’at menurut bahasa ialah hukum ibadah. Syari’at
sendiri maknanya adalah hukum-hukum ibadah Agama Islam yang digali dari Al
Qur’an, sesuai dengan yang difahami oleh Rasulullah s.a.w. melalui
Hadits-hadits yang Shahih.

F I Q H
Apakah Fiqh itu? Fiqh menurut bahasa adalah hukum ibadah. Fiqh ialah kumpulan
hukum-hukum ibadah Agama Islam yang digali dari hasil interprestasi olah
pikir, hasil pemikiran, hasil pemahaman manusia, didalam memahami hukum-hukum
Agama Islam.

Fiqh, terdiri dari Ijmak dan Qiyas. Figh Taufiqy dari hasil Ijtihad.

Namun Hukum Syari’at dan Hukum Fiqh terdapat perbedaan menyolok.

Di dalam satu agama Islam terdapat banyak sekali kelompok-kelompok yang berbeda
pendapat, berbeda cara penafsiran makna dan arti yang terkandung didalam
ayat-ayat Al Qur’an, berbeda cara mengamalkan hukum-hukum yang ada didalam Al
Qur’an dan Hadits yang shahih. Berbeda cara mengamalkan syari’at berdasarkan
Al Qur’an dan Hadits beda dengan cara mengamalkan Fiqh, maka terjadilah
Mahzab-mahzab, kelompok-kelompok, tarekat-tarekat dan lain sebagainya.

Sikap kita didalam menyikapi perbedaan pendapat, perbedaan cara mengamalkan
syariat agama Islam hendaklah kita berpegang teguh kepada perintah Allah SWT
yang tercatat di dalam Al Qur’an sebagai berikut:

1-BEDA PENDAPAT, BEDA CARA MENGAMALKAN SYARI’AT AGAMA ISLAM.

1A-Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.

Al Qur’an, Surat An Nisaa’, surat ke 4, ayat 59 sbb:

Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Siapakah Ulil Amri itu? Berdasarkan Qs.5: 55 sbb:

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang
beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk
(kepada Allah). Al Qur’an, Surat Al Maa-idah, surat ke 5 ayat 55..

1B-"Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang agama Allah?”

Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan
kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati. Qs.Al Baqarah (surat ke 2)
ayat 139

Al Qur’an, Surat Al Baqarah, surat ke 2 ayat 141
“Baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu
tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.”
Qs.2:141

Al Qur’an, Surat Asy Syura, surat ke 42, ayat 15
“Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu
amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan
antara kita dan kepada-Nya lah kembali (kita)" Qs. Asy Syura (42):15

Al Qur’an, Surat Al Jaatsiyah, surat ke 45, ayat 15
Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya
sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya
sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. Qs. Al Jaatsiyah (surat
ke 45) ayat 15

C-Beda pendapat didalam majlis, Qs. 58: 11 sbb:
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” Qs.58:11

2-CARA MENYIKAPI TENTANG PERBEDAAN PENDAPAT:
KITA HARUS BERLAPANG DADA DAN HARUS INTROSPEKSI DIRI KITA SENDIRI, SUDAH
BENARKAH AMALAN SAYA DIMATA ALLAH?

(2A)- Jangan mengolok-olok orang, menganggap diri kita paling benar dan
menganggap orang lain salah, belum tentu yang anda olok-olok itu lebih buruk
dari anda, bahkan dia lebih baik dari anda dimata Allah, kebenaran itu ditangan
Tuhanmu.

Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain
(karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak
bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. Qs.Al Hujuraat, surat ke
49 ayat 11

(2B)-AGAMA ISLAM ASALNYA HANYA SATU.
Agama Islam itu asalnya hanya satu, pengikut-pengikut Rasulullah s.a.w. itulah
yang memecah belah agama, sehingga muncul bermacam-macam mahzab, muncul
berbagai aliran dan muncul kelompok-kelompok, masing-masing mahzab,
masing-masing aliran, masing-masing kelompok, membangga-banggakan dirinya,
masing-masing menganggap hanya mahzabnya, hanya alirannya, hanya kelompoknya
yang paling benar. Maka 1400 tahuN yang lalu Allah SWT mengeluarkan peringatan
kepada hambanya sbb:

AGAMA ISLAM ASALNYA HANYA SATU.
Al Qur’an, Surat Al Anbyaa’ (surat ke 21) ayat 92 sbb:
Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan
Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.

Al Qur’an, Surat Al Mu’minuun, surat ke 23, ayat 52 sbb:
Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan
Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.

MEMECAH BELAH AGAMA ISLAM DIANGGAP SESAT OLEH ALLAH
Al Qur’an, Surat Al Mu’minuun, surat ke 23 ayat 53,54 sbb

Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah
belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa
yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam
kesesatannya sampai suatu waktu. Qs.Al Mu’minuun (23): 52,53,54

MEMECAH BELAH AGAMA ISLAM DIANGGAP MUSYRIK :
Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu
orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan.. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka.

Al Qur’an, Surat Ar Ruum, surat ke 30 ayat 30,31,32 sbb:
Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu
orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan.. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka.

KESIMPULANNYA:
Biarlah orang mengatakan apa terhadap kita, orang sinis terhadap kita, mereka
menjauhi kita, yang terpenting kita mengamalkan syari’at-syari’at atau
hukum-hukum Agama Islam yang bersumber dan digali dari Al Qur’an dan Hadits
Shahih. Cara mengamalkannya kita mengikuti petunjuk dan tehnis pelaksanaannya
dari Nabi Muhammad s.a.w. yang tercatat didalam Hadits Shahih.

Tidak usah berdebat tentang Ayat-ayat Al Qur’an, malah kita nanti dianggap
kafir oleh Allah SWT seperti dalam firman-Nya.

Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang
kafir. Karena itu janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota
ke kota yang lain memperdayakan kamu. Qs.Al Mu’min, Surat ke 40 ayat 4

APABILA DIAJAK BERDEBAT, MAKA KATAKANLAH:
“Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu
amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan
antara kita dan kepada-Nya lah kembali (kita)" Qs. Asy Syura (42):15

Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya
sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya
sendiri

Al Qur’an, Surat Al Jaatsiyah, surat ke 45, ayat 15

Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya
sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya
sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. Qs. Al Jaatsiyah (surat
ke 45) ayat 15

WASIAT PENULIS:
1-Janganlah anda meremehkan penganut mahzab, kelompok, dan golongan-golongan
lain, selain dari golongannya.

2-Jangan anda menganggap:” Mahzabku, kelompokku, golonganku paling benar”.

3-Janganlah anda mengolok-olok mahzab lain, kelompok-kelompok lain, selain
dari mahzab atau kelompok anda
..
4-Janganlah anda menganggap: “Selain mahzabku, kelompokku aliranku adalah
sesat”
..
5-Janganlah anda membangga-banggakan kelompokm anda sendiri.

5-Biarlah Allah SWT yng menilainya sendiri, karena Allah Maha Benar, Maha
Mengetahui. Karena Allah SWT mengetahui siapa yang mengikuti jalan yang lurus,
dan siapa yang mengikuti jalan yang sesat.

Demikian yang bisa saya sampaikan, saya hanya sebatas menyampaikan beberapa
ayat Al Qur’an yang baru nsaya ketahui. Semoga bermanfaat bagi yang membaca,
menghayati maknanya dan yang mengamalkannya didalam kehidupan sehari-hari.
Billahi taufik wal hidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sukarman.

Sumber bacaan:
“Al Qur’an dan Terjemahnya” Cetakan Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’ At Al
Mush-haf Asy Syarif” , Medinah Munawarah PO.Box.6262 Kerajaan Saudi Arabia.

Bagi mereka yang menganggap mentafsirkan, menterjemahkan Al Qur’an secara
sembarangan, dan hanya dengan logika, silahkan anda complain ke alamat
tersebut diatas.
»»  READMORE...
0 komentar more...

PERUSAK UKUWAH

by Tentang blog on Nov.22, 2009, under ,



Pada masyarakat Islam, persatuan dan kesatuan atau lebih sering disebut dengan ukhuwah Islamiyah merupakan sesuatu yang sangat penting dan mendasar, apalagi hal ini merupakan salah satu ukuran keimanan yang sejati. Karena itu, ketika Nabi Saw berhijrah ke Madinah, yang pertama dilakukannya adalah Al-Muakhah, yakni mempersaudarakan sahabat dari Makkah atau muhajirin dengan sahabat yang berada di Madinah atau kaum Anshar. Ini berarti, ketika seseorang atau suatu masyarakat beriman, maka seharusnya ukhuwah Islamiyah yang didasari oleh iman menjelma dalam kehidupan sehari-hari, Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” [QS Al-Hujurat (49):10]

Satu hal yang harus diingat bahwa, ketika ukhuwah islamiyah hendak diperkokoh atau malah sudah kokoh, ada saja upaya orang-orang yang tidak suka terhadap persaudaraan kaum muslimin, mereka berusaha untuk merusak hubungan di antara sesama kaum muslimin dengan menyebarkan fitnah dan berbagai berita bohong. Dalam kehidupan umat Islam, kita akui bahwa ukhuwah Islamiyah belum berwujud secara ideal, namun musuh-musuh umat ini tidak suka bila ukhuwah itu berwujud, mereka terus berusaha menghambatnya. Karena itu, setiap kali ada berita buruk, kita tidak boleh langsung mempercayainya, tapi lakukan tabayyun atau cek dan ricek terlebih dahulu kebenaran berita itu. Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya sehingga kamu akan menyesal atas perbuatanmu itu.” [QS Al-Hujurat (49): 6]

Asbabun nuzul (sebab turunnya ayat) tersebut di atas adalah, suatu ketika Al-Harits datang menghadap Nabi Muhammad saw., beliau mengajaknya masuk Islam, bahkan sesudah masuk Islam ia menyatakan kemauan dan kesanggupannya untuk membayar zakat. Kepada Rasulullah, Al-Harits menyatakan, “Saya akan pulang ke kampung saya untuk mengajak orang untuk masuk Islam dan membayar zakat dan bila sudah sampai waktunya, kirimkanlah utusan untuk mengambilnya.” Namun ketika zakat sudah banyak dikumpulkan dan sudah tiba waktu yang disepakati oleh Rasul, ternyata utusan beliau belum juga datang. Maka Al-Harits beserta rombongan berangkat untuk menyerahkan zakat itu kepada Nabi.

Sementara itu, Rasulullah saw. mengutus Al-Walid bin Uqbah untuk mengambil zakat, namun di tengah perjalanan hati Al-Walid merasa gentar dan menyampaikan laporan yang tidak benar, yakni Al-Harits tidak mau menyerahkan dana zakat, bahkan ia akan dibunuhnya. Rasulullah tidak langsung begitu saja percaya, beliau pun mengutus lagi beberapa sahabat yang lain untuk menemui Al-Harits. Ketika utusan itu bertemu dengan Al-Harits, ia berkata, “Kami diutus kepadamu.” Al-Harits bertanya, “Mengapa?” Para sahabat menjawab, “Sesungguhnya Rasulullah telah mengutus Al-Walid bin Uqbah, ia mengatakan bahwa engkau tidak mau menyerahkan zakat bahkan mau membunuhnya.”

Al-Harits menjawab, “Demi Allah yang telah mengutus Muhammad dengan sebenar-benarnya, aku tidak melihatnya dan tidak ada yang datang kepadaku.” Maka ketika mereka sampai kepada Nabi saw., beliau pun bertanya, “Apakah benar engkau menahan zakat dan hendak membunuh utusanku?” “Demi Allah yang telah mengutusmu dengan sebenar-benarnya, aku tidak berbuat demikian.” Maka turunlah ayat itu.

Surat Al Hujurat ayat 6 di atas menggunakan kata naba’ bukan khabar. M. Quraish Shihab dalam bukunya Secercah Cahaya Ilahi halaman 262 membedakan makna dua kata itu. “Kata naba’ menunjukkan berita penting, sedangkan khabar menunjukkan berita secara umum. Al-Qur’an memberi petunjuk bahwa berita yang perlu diperhatikan dan diselidiki adalah berita yang sifatnya penting. Adapun isu-isu ringan, omong kosong, dan berita yang tidak bermanfaat tidak perlu diselidiki, bahkan tidak perlu didengarkan karena hanya akan menyita waktu dan energi.”

Enam Perusak Ukhuwah

Mengingat kedudukan ukhuwah islamiyah yang sedemikian penting, maka memeliharanya menjadi sesuatu yang amat ditekankan. Disamping harus mengecek kebenaran suatu berita buruk yang menyangkut saudara kita yang muslim, ada beberapa hal yang harus kita hindari agar ukhuwah islamiyah bisa tetap terpelihara. Allah swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan) dan jangan pula wanita wanita-wanita mengolok-olokan wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” [QS Al-Hujurat (49): 11-12]

Dari ayat di atas, ada enam hal yang harus kita hindari agar ukhuwah islamiyah tetap terpelihara:

Pertama,
memperolok-olokan, baik antar individu maupun antar kelompok, baik dengan kata-kata maupun dengan bahasa isyarat karena hal ini dapat menimbulkan rasa sakit hati, kemarahan dan permusuhan. Manakala kita tidak suka diolok-olok, maka janganlah kita memperolok-olok, apalagi belum tentu orang yang kita olok-olok itu lebih buruk dari diri kita.

Kedua,
mencaci atau menghina orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan, apalagi bila kalimat penghinaan itu bukan sesuatu yang benar. Manusia yang suka menghina berarti merendahkan orang lain, dan iapun akan jatuh martabatnya.

Ketiga,
memanggil orang lain dengan panggilan gelar-gelar yang tidak disukai. Kekurangan secara fisik bukanlah menjadi alasan bagi kita untuk memanggil orang lain dengan keadaan fisiknya itu. Orang yang pendek tidak mesti kita panggil si pendek, orang yang badannya gemuk tidak harus kita panggil dengan si gembrot, begitulah seterusnya karena panggilan-panggilan seperti itu bukan sesuatu yang menyenangkan. Memanggil orang dengan gelar sifat yang buruk juga tidak dibolehkan meskipun sifat itu memang dimilikinya, misalnya karena si A sering berbohong, maka dipanggillah ia dengan si pembohong, padahal sekarang sifatnya justru sudah jujur tapi gelar si pembohong tetap melekat pada dirinya. Karenanya jangan dipanggil seseorang dengan gelar-gelar yang buruk.

Keempat,
berburuk sangka, ini merupakan sikap yang bermula dari iri hati (hasad). Akibatnya ia berburuk sangka bila seseorang mendapatkan kenimatan atau keberhasilan. Sikap seperti harus dicegah karena akan menimbulkan sikap-sikap buruk lainnya yang bisa merusak ukhuwah islamiyah.

Kelima,
mencari-cari kesalahan orang lain, hal ini karena memang tidak ada perlunya bagi kita, mencari kesalahan diri sendiri lebih baik untuk kita lakukan agar kita bisa memperbaiki diri sendiri.

Keenam,
bergunjing dengan membicarakan keadaan orang lain yang bila ia ketahui tentu tidak menyukainya, apalagi bila hal itu menyangkut rahasia pribadi seseorang. Manakala kita mengetahui rahasia orang lain yang ia tidak suka bila hal itu diketahui orang lain, maka menjadi amanah bagi kita untuk tidak membicarakannya.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa ketika ukhuwah islamiyah kita dambakan perwujudannya, maka segala yang bisa merusaknya harus kita hindari. Bila ukhuwah sudah terwujud, yang bisa merasakan manfaatnya bukan hanya sesama kaum muslimin, tapi juga umat manusia dan alam semesta, karena Islam merupakan agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Karenanya mewujudkan ukhuwah Islamiyah merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan ini.

sumber : http://aslamiyah.cybermq.com/post/detail/11909/enam-perusak-ukhuwah-
»»  READMORE...
0 komentar more...

INVETASI PAHALA ( MLM ISLAMI )

by Tentang blog on Nov.22, 2009, under , ,


Ada sebuah hadits Rasulullah SAW yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari
Rasulullah SAW bersabda

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ

الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

“Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang tidak mau.” Maka dikatakan: “Wahai Rasulullah, siapa yang tidak mau?” Beliau menjawab: “Barangsiapa yang menaatiku maka dia pasti masuk surga, sedangkan barangsiapa yang mendurhakaiku maka sungguh dia telah enggan (masuk surga).” (Hadits Riwayat Al-Bukhari)

Lihat hadits diatas seluruh umat Rasulullah SAW akan masuk kedalam surga yang di janjikan kenikmatan yang abadi di dalamnya, kecuali bagi mereka yang enggan. Akankah kita menjadi golongan yang enggan itu…….???

Layaknya Multi Level Marketing ternyata pahala itu bisa juga di dapatkan dari downline kita loh. Ya MLM menurut saya adalah system yang di catut dari dasar – dasar agama Islam. Kita bisa menuai hasil pahala dari downline yang kita cari. Bedanya jikalau di MLM keuntungan yang kita dapat itu paling besar hanya mencapai 60%, itu pun hanya kita dapat dari direct downline( downline langsung ) kita. Sedangkan Allah menjanjikan keuntungan 100% untuk siapa saja yang mau menyampaikan agamanya. Subhanallah……..

Kata – kata saya bukan tanpa bukti.

Dari Abi Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw : “Apabila mati anak Adam , maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara : amal jariah (amal yang pahalanya selalu mengalir), ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya.”(Hadits Riwayat Muslim).

Dari hadits diatas bisa di simpulkan cara –cara berinvestasi pahala yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Amal jariah

Menurut para ulama pengertian dari Amal Jariah adalah Amal yang pahala akan terus menerus mengalir hingga hari kiamat, wow ini investasi yang menggiurkan bagi kita para pemburu ridho Illahi. Di misalkan jika kita beramal dengan membelikan sajadah atau karpet untuk sebuah masjid, maka pahala orang yang sholat dengan menggunakan sajadah kita, secara otomatis akan masuk ke rekening pahala kita,tanpa mengurangi pahala orang yang bersangkutan. Begitu seterusnya sampai hari kiamat. Apalagi jika anda berinisiatif membangun sebuah masjid tentunya dengan uang yang halal maka hingga hari kiamat datang, pahala anda tidak akan pernah putus.
Ilmu yang bermanfaat

Berikut adalah definisi ilmu yang bermanfaat.

Menurut Imam Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitabnya Fadhlu ‘ilmis salaf ‘ala ‘ilmil khalaf Ilmu yang bermanfaat dari semua ilmu adalah mempelajari dengan seksama dalil-dalil dari Al Qur-an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta (berusaha) memahami kandungan maknanya, dengan mendasari pemahaman tersebut dari penjelasan para sahabat Rasulullah radhiyallahu ‘anhum, para Tabi’in (orang-orang yang mengikuti petunjuk para sahabat), dan orang-orang yang mengikuti (petunjuk) mereka dalam memahami kandungan Al Qur-an dan Hadits. Dalam kitabnya yang lain Al Khusyuu’ fish shalaah Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang masuk (dan menetap) ke dalam relung hati (manusia), yang kemudian melahirkan rasa tenang, takut, tunduk, merendahkan dan mengakui kelemahan diri di hadapan Allah Ta’ala.
Dari penjelasan Imam Ibnu Rajab Alhambali kita bisa menarik sebuah garis lurus bahwa ilmu yang bermanfaat berasal dari Alqur-an dan di perjelas oleh Sunnah Rasulullah SAW, serta untuk memahami maknanya kita merujuk pada penjelasan sahabat Rasulullah SAW, Tabi-in,dan ulama-ulama sesudahnya dengan harapan / tujuan agar manusia mempunyai rasa tenang, takut, tunduk, merendahkan dan mengakui kelemahan diri di hadapan Allah Ta’ala

Menyampaikannya adalah juga hal yang tidak kalah penting lagi, karena disinilah nilai investasi amalan kita. Di sinilah letak kejayaan generasi terbaik islam, kemauan belajar, mengamalkan dan menyampaikan. Islam berkembang dengan cepat karena kesadaran mendakwahkan agama Allah sangat besar. Mereka ( generasi terbaik islam ) tidak menghiraukan kepentingan dunia baik itu harta,tahta,kedudukan dll. Bahkan mereka mengorbankan itu semua demi sampainya kalimat Allah keseluruh alam. Jikalau kita menyampaikan sebuah ilmu apakah harus benar-benar mengerti dan mengamalkannya??? Itulah tuntutan kita sebagai seorang muslim, harus kritis !!! kritis dini maksudnya kita harus terus menerus mencari ilmu dan mengamalkannya. Tapi untuk mendakwahkan islam ke seluruh alam ( terutama orang islam itu sendiri agar sadar bahwa islamlah agamanya ) harus kita biasakan dan di segerakan secepat mungkin karena ini termasuk darurat.

TEGAKAH ANDA MELIHAT SAUDARA ANDA TENGGELAM DI SUNGAI???

Ada sebagian menjawab

Tapi saya ga bisa renang bagai man cara menolongnya ???

Arusnya sangat deras, kalau saya tolong bukankah saya akan ikut termakan arus ???

Dan masih banyak lagi alasan yang lain. MIRIS melihat nasib umat saat ini. Di saat saudaranya membutuhkan pertolongan ada sebagian kelompok yang tengah asyik masyuk menggunjing tentang kejelekan kelompok lain.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi
yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan
adalah yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim.(QS. Al-hujarat 11 )

Tugas kita disini sebagai umat bukan hanya mengkritisi paham ( firqoh/ harakah) lain, lebih baik kita menggunakan ilmu dan pengetahuan kita untuk menyelamatkan saudara – saudara kita yang ada di ujuk tanduk pemurtadan, bukannya saling cela satu sama lain. Jangan bangga dengan golongan anda saja tapi banggalah dengan islam.
Dakwah bukan hanya tugas ulama, mubaligh, da-i, ustadz tapi tugas kita sebagai sesama manusia untuk saling ingat mengingatkan.

Dalam surat Al- asr
Demi waktu (1), Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi (2), Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, dan saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran (3).

Sangat singkat disini di jelaskan manusia dalam keadaan merugi terkecuali mereka yang saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran. Ini adalh ungkapan yang sangat jelas bahwa kita jangan di golongkan sebagai manusia yang rugi, maka hidupkan lah dakwah. Karena sebab dakwah inilah Islam bisa sampai ke telinga kita. Agama ini bukan di bawa oleh angin, burung, atau yang lainnya, tetapi oleh dakwah.

Doa anak yang sholeh

Jelas juga bahwa anak kita adalah investasi yang sangat berharga. Maka didiklah anak-anak kita agar mereka di golongkan sebagai anak-anak yang sholeh dan sholehah yang bisa mendoakan kita suatu hari nanti. Dan lagi-lagi dakwah juga berperan di lingkungan keluarga, karena dakwah yang paling mudah di cerna adalah tingkah laku yang memberikan suri tauladan yang baik.

من فطّرَ صائِماً آانَ لهُ مثْلُ أجرِهِ غَيْرَ أنّهُ لا يَنْقُصُ مِنْ أجْرِ الصّائِمِ شيئاً”
“Barangsiapa yang memberi ifthor kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut”(HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
Di samping itu masih banyak investasi yang lain yang masih bisa kita mendulang pahala dan ridho Illahi. Karena kembali lagi ke hadits
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang tidak mau.” Maka dikatakan: “Wahai Rasulullah, siapa yang tidak mau?” Beliau menjawab: “Barangsiapa yang menaatiku maka dia pasti masuk surga, sedangkan barangsiapa yang mendurhakaiku maka sungguh dia telah enggan (masuk surga).” (Hadits Riwayat Al-Bukhari)

Semoga tulisan saya bisa menjadi bahan renungan bagi kita, untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dan semoga kita tidak di golongkan menjadi orang yang enggan masuk surgA amiin…
»»  READMORE...
0 komentar more...

13 Hal Yang Disukai Pria Dari Wanita

by Tentang blog on Nov.22, 2009, under



Cinta adalah fitrah manusia. Cinta juga salah satu bentuk kesempurnaan penciptaan yang Allah berikan kepada manusia. Allah menghiasi hati manusia dengan perasaan cinta pada banyak hal. Salah satunya cinta seorang lelaki kepada seorang wanita, demikian juga sebaliknya.

Rasa cinta bisa menjadi anugerah jika luapkan sesuai dengan bingkai nilai-nilai ilahiyah. Namun, perasaan cinta dapat membawa manusia ke jurang kenistaan bila diumbar demi kesenangan semata dan dikendalikan nafsu liar.


Islam sebagai syariat yang sempurna, memberi koridor bagi penyaluran fitrah ini. Apalagi cinta yang kuat adalah salah satu energi yang bisa melanggengkan hubungan seorang pria dan wanita dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Karena itu, seorang pria shalih tidak asal dapat dalam memilih wanita untuk dijadikan pendamping hidupnya.

Ada banyak faktor yang bisa menjadi sebab munculnya rasa cinta seorang pria kepada wanita untuk diperistri. Setidak-tidaknya seperti di bawah ini.

1. Karena akidahnya yang Shahih

Keluarga adalah salah satu benteng akidah. Sebagai benteng akidah, keluarga harus benar-benar kokoh dan tidak bisa ditembus. Jika rapuh, maka rusaklah segala-galanya dan seluruh anggota keluarga tidak mungkin selamat dunia-akhirat. Dan faktor penting yang bisa membantu seorang lelaki menjaga kekokohan benteng rumah tangganya adalah istri shalihah yang berakidah shahih serta paham betul akan peran dan fungsinya sebagai madrasah bagi calon pemimpin umat generasi mendatang.


Allah menekankah hal ini dalam firmanNya, “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Al-Baqarah: 221)

2. Karena paham agama dan mengamalkannya

Ada banyak hal yang membuat seorang lelaki mencintai wanita. Ada yang karena kemolekannya semata. Ada juga karena status sosialnya. Tidak sedikit lelaki menikahi wanita karena wanita itu kaya. Tapi, kata Rasulullah yang beruntung adalah lelaki yang mendapatkan wanita yang faqih dalam urusan agamanya. Itulah wanita dambaan yang lelaki shalih.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, ambillah wanita yang memiliki agama (wanita shalihah), kamu akan beruntung.” (Bukhari dan Muslim)

Rasulullah saw. juga menegaskan, “Dunia adalah perhiasan, dan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita yang shalihah.” (Muslim, Ibnu Majah, dan Nasa’i).

Jadi, hanya lelaki yang tidak berakal yang tidak mencintai wanita shalihah.

3. Dari keturunan yang baik

Rasulullah saw. mewanti-wanti kaum lelaki yang shalih untuk tidak asal menikahi wanita. “Jauhilah rumput hijau sampah!” Mereka bertanya, “Apakah rumput hijau sampah itu, ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Wanita yang baik tetapi tinggal di tempat yang buruk.” (Daruquthni, Askari, dan Ibnu ‘Adi)

Karena itu Rasulullah saw. memberi tuntunan kepada kaum lelaki yang beriman untuk selektif dalam mencari istri. Bukan saja harus mencari wanita yang tinggal di tempat yang baik, tapi juga yang punya paman dan saudara-saudara yang baik kualitasnya. “Pilihlah yang terbaik untuk nutfah-nutfah kalian, dan nikahilah orang-orang yang sepadan (wanita-wanita) dan nikahilah (wanita-wanitamu) kepada mereka (laki-laki yang sepadan),” kata Rasulullah. (Ibnu Majah, Daruquthni, Hakim, dan Baihaqi).

“Carilah tempat-tempat yang cukup baik untuk benih kamu, karena seorang lelaki itu mungkin menyerupai paman-pamannya,” begitu perintah Rasulullah saw. lagi. “Nikahilah di dalam “kamar” yang shalih, karena perangai orang tua (keturunan) itu menurun kepada anak.” (Ibnu ‘Adi)

Karena itu, Utsman bin Abi Al-’Ash Ats-Tsaqafi menasihati anak-anaknya agar memilih benih yang baik dan menghindari keturunan yang jelek. “Wahai anakku, orang menikah itu laksana orang menanam. Karena itu hendaklah seseorang melihat dulu tempat penanamannya. Keturunan yang jelek itu jarang sekali melahirkan (anak), maka pilihlah yang baik meskipun agak lama.”

4. Masih gadis

Siapapun tahu, gadis yang belum pernah dinikahi masih punya sifat-sifat alami seorang wanita. Penuh rasa malu, manis dalam berbahasa dan bertutur, manja, takut berbuat khianat, dan tidak pernah ada ikatan perasaan dalam hatinya. Cinta dari seorang gadis lebih murni karena tidak pernah dibagi dengan orang lain, kecuali suaminya.

Karena itu, Rasulullah saw. menganjurkan menikah dengan gadis. “Hendaklah kalian menikah dengan gadis, karena mereka lebih manis tutur katanya, lebih mudah mempunyai keturunan, lebih sedikit kamarnya dan lebih mudah menerima yang sedikit,” begitu sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi.

Tentang hal ini A’isyah pernah menanyakan langsung ke Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika engkau turun di sebuah lembah lalu pada lembah itu ada pohon yang belum pernah digembalai, dan ada pula pohon yang sudah pernah digembalai; di manakah engkau akan menggembalakan untamu?” Nabi menjawab, “Pada yang belum pernah digembalai.” Lalu A’isyah berkata, “Itulah aku.”

Menikahi gadis perawan akan melahirkan cinta yang kuat dan mengukuhkan pertahanan dan kesucian. Namun, dalam kondisi tertentu menikahi janda kadang lebih baik daripada menikahi seorang gadis. Ini terjadi pada kasus seorang sahabat bernama Jabir.

Rasulullah saw. sepulang dari Perang Dzat al-Riqa bertanya Jabir, “Ya Jabir, apakah engkau sudah menikah?” Jabir menjawab, “Sudah, ya Rasulullah.” Beliau bertanya, “Janda atau perawan?” Jabir menjawab, “Janda.” Beliau bersabda, “Kenapa tidak gadis yang engkau dapat saling mesra bersamanya?” Jabir menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku telah gugur di medan Uhud dan meninggalkan tujuh anak perempuan. Karena itu aku menikahi wanita yang dapat mengurus mereka.” Nabi bersabda, “Engkau benar, insya Allah.”

5. Sehat jasmani dan penyayang

Sahabat Ma’qal bin Yasar berkata, “Seorang lelaki datang menghadap Nabi saw. seraya berkata, “Sesungguhnya aku mendapati seorang wanita yang baik dan cantik, namun ia tidak bisa melahirkan. Apa sebaiknya aku menikahinya?” Beliau menjawab, “Jangan.” Selanjutnya ia pun menghadap Nabi saw. untuk kedua kalinya, dan ternyata Nabi saw. tetap mencegahnya. Kemudian ia pun datang untuk ketiga kalinya, lalu Nabi saw. bersabda, “Nikahilah wanita yang banyak anak, karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lain.” (Abu Dawud dan Nasa’i).

Karena itu, Rasulullah menegaskan, “Nikahilah wanita-wanita yang subur dan penyayang. Karena sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya kalian dari umat lain.” (Abu Daud dan An-Nasa’i)

6. Berakhlak mulia

Abu Hasan Al-Mawardi dalam Kitab Nasihat Al-Muluk mengutip perkataan Umar bin Khattab tentang memilih istri baik merupakan hak anak atas ayahnya, “Hak seorang anak yang pertama-tama adalah mendapatkan seorang ibu yang sesuai dengan pilihannya, memilih wanita yang akan melahirkannya. Yaitu seorang wanita yang mempunyai kecantikan, mulia, beragama, menjaga kesuciannya, pandai mengatur urusan rumah tangga, berakhlak mulia, mempunyai mentalitas yang baik dan sempurna serta mematuhi suaminya dalam segala keadaan.”

7. Lemah-lembut

Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari A’isyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Wahai A’isyah, bersikap lemah lembutlah, karena sesungguhnya Allah itu jika menghendaki kebaikan kepada sebuah keluarga, maka Allah menunjukkan mereka kepada sifat lembah lembut ini.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Jika Allah menghendaki suatu kebaikan pada sebuah keluarga, maka Allah memasukkan sifat lemah lembut ke dalam diri mereka.”

8. Menyejukkan pandangan

Rasulullah saw. bersabda, “Tidakkah mau aku kabarkan kepada kalian tentang sesuatu yang paling baik dari seorang wanita? (Yaitu) wanita shalihah adalah wanita yang jika dilihat oleh suaminya menyenangkan, jika diperintah ia mentaatinya, dan jika suaminya meninggalkannya ia menjaga diri dan harta suaminya.” (Abu daud dan An-Nasa’i)

“Sesungguhnya sebaik-baik wanitamu adalah yang beranak, besar cintanya, pemegang rahasia, berjiwa tegar terhadap keluarganya, patuh terhadap suaminya, pesolek bagi suaminya, menjaga diri terhadap lelaki lain, taat kepada ucapan dan perintah suaminya dan bila berdua dengan suami dia pasrahkan dirinya kepada kehendak suaminya serta tidak berlaku seolah seperti lelaki terhadap suaminya,” begitu kata Rasulullah saw. lagi.

Maka tak heran jika Asma’ binti Kharijah mewasiatkan beberapa hal kepada putrinya yang hendak menikah. “Engkau akan keluar dari kehidupan yang di dalamnya tidak terdapat keturunan. Engkau akan pergi ke tempat tidur, di mana kami tidak mengenalinya dan teman yang belum tentu menyayangimu. Jadilah kamu seperti bumi bagi suamimu, maka ia laksana langit. Jadilah kamu seperti tanah yang datar baginya, maka ia akan menjadi penyangga bagimu. Jadilah kamu di hadapannya seperti budah perempuan, maka ia akan menjadi seorang hamba bagimu. Janganlah kamu menutupi diri darinya, akibatnya ia bisa melemparmu. Jangan pula kamu menjauhinya yang bisa mengakibatkan ia melupakanmu. Jika ia mendekat kepadamu, maka kamu harus lebih mengakrabinya. Jika ia menjauh, maka hendaklah kamu menjauh darinya. Janganlah kami menilainya kecuali dalam hal-hal yang baik saja. Dan janganlah kamu mendengarkannya kecuali kamu menyimak dengan baik dan jangan kamu melihatnya kecuali dengan pandangan yang menyejukan.”

9. Realistis dalam menuntut hak dan melaksanakan kewajiban

Salah satu sifat terpuji seorang wanita yang patut dicintai seorang lelaki shalih adalah qana’ah. Bukan saja qana’ah atas segala ketentuan yang Allah tetapkan dalam Al-Qur’an, tetapi juga qana’ah dalam menerima pemberian suami. “Sebaik-baik istri adalah apabila diberi, dia bersyukur; dan bila tak diberi, dia bersabar. Engkau senang bisa memandangnya dan dia taat bila engkau menyuruhnya.” Karena itu tak heran jika acapkali melepas suaminya di depan pintu untuk pergi mencari rezeki, mereka berkata, “Jangan engkau mencari nafkah dari barang yang haram, karena kami masih sanggup menahan lapar, tapi kami tidak sanggup menahan panasnya api jahanam.”

Kata Rasulullah, “Istri yang paling berkah adalah yang paling sedikit biayanya.” (Ahmad, Al-Hakim, dan Baihaqi dari A’isyah r.a.)

Tapi, “Para wanita mempunyai hak sebagaimana mereka mempunyai kewajiban menurut kepantasan dan kewajaran,” begitu firman Allah swt. di surah Al-Baqarah ayat 228. Pelayanan yang diberikan seorang istri sebanding dengan jaminan dan nafkah yang diberikan suaminya. Ini perintah Allah kepada para suami, “Berilah tempat tinggal bagi perempuan-perempuan seperti yang kau tempati. Jangan kamu sakiti mereka dengan maksud menekan.” (At-Thalaq: 6)

10. Menolong suami dan mendorong keluarga untuk bertakwa

Istri yang shalihah adalah harta simpanan yang sesungguhnya yang bisa kita jadikan tabungan di dunia dan akhirat. Iman Tirmidzi meriwayatkan bahwa sahabat Tsauban mengatakan, “Ketika turun ayat ‘walladzina yaknizuna… (orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak menafkahkannya di jalan Allah), kami sedang bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan. Lalu, sebagian dari sahabat berkata, “Ayat ini turun mengenai emas dan perak. Andaikan kami tahu ada harta yang lebih baik, tentu akan kami ambil”. Rasulullah saw. kemudian bersabda, “Yang lebih utama lagi adalah lidah yang berdzikir, hati yang bersyukur, dan istri shalihah yang akan membantu seorang mukmin untuk memelihara keimanannya.”

11. Mengerti kelebihan dan kekurangan suaminya

Nailah binti Al-Fafishah Al-Kalbiyah adalah seorang gadis muda yang dinikahkan keluarganya dengan Utsman bin Affan yang berusia sekitar 80 tahun. Ketika itu Utsman bertanya, “Apakah kamu senang dengan ketuaanku ini?” “Saya adalah wanita yang menyukai lelaki dengan ketuaannya,” jawab Nailah. “Tapi ketuaanku ini terlalu renta.” Nailah menjawab, “Engkau telah habiskan masa mudamu bersama Rasulullah saw. dan itu lebih aku sukai dari segala-galanya.”

12. Pandai bersyukur kepada suami

Rasulullah saw. bersabda, “Allah tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada suaminya, sedang ia sangat membutuhkannya.” (An-Nasa’i).

13. Cerdas dan bijak dalam menyampaikan pendapat

Siapa yang tidak suka dengan wanita bijak seperti Ummu Salamah? Setelah Perjanjian Hudhaibiyah ditandatangani, Rasulullah saw. memerintahkan para sahabat untuk bertahallul, menyembelih kambing, dan bercukur, lalu menyiapkan onta untuk kembali pulang ke Madinah. Tetapi, para sabahat tidak merespon perintah itu karena kecewa dengan isi perjanjian yang sepertinya merugikan pihak kaum muslimin.

Rasulullah saw. menemui Ummu Salamah dan berkata, “Orang Islam telah rusak, wahai Ummu Salamah. Aku memerintahkan mereka, tetapi mereka tidak mau mengikuti.”

Dengan kecerdasan dalam menganalisis kejadian, Ummu Salamah mengungkapkan pendapatnya dengan fasih dan bijak, “Ya Rasulullah, di hadapan mereka Rasul merupakan contoh dan teladan yang baik. Keluarlah Rasul, temui mereka, sembelihlah kambing, dan bercukurlah. Aku tidak ragu bahwa mereka akan mengikuti Rasul dan meniru apa yang Rasul kerjakan.”

Subhanallah, Ummu Salamah benar. Rasulullah keluar, bercukur, menyembelih kambing, dan melepas baju ihram. Para sahabat meniru apa yang Rasulullah kerjakan. Inilah berkah dari wanita cerdas lagi bijak dalam menyampaikan pendapat. Wanita seperti inilah yang patut mendapat cinta dari seorang lelaki yang shalih

sumber : DAKWATUNA
JIKA ADA KESALAHAN MOHON DI KOREKSIJAUHKAN PERDEBATAN, REKATKAN UKUWAH ISLAMIYAH.
»»  READMORE...
0 komentar more...

CIRI-CIRI ORANG YANG IKHLAS

by Tentang blog on Nov.22, 2009, under




dakwatuna.com – Jika ada kader dakwah merasakan kekeringan ruhiyah, kegersangan ukhuwah, kekerasan hati, hasad, perselisihan, friksi, dan perbedaan pendapat yang mengarah ke permusuhan, berarti ada masalah besar dalam tubuh mereka. Dan itu tidak boleh dibiarkan. Butuh solusi tepat dan segera.

Jika merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, kita akan menemukan pangkal masalahnya, yaitu hati yang rusak karena kecenderungan pada syahwat. “Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46). Rasulullah saw. bersabda, “Ingatlah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya baik; dan jika buruk maka seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi). Imam Al-Ghazali pernah ditanya, “Apa mungkin para ulama (para dai) saling berselisih?” Ia menjawab,” Mereka akan berselisih jika masuk pada kepentingan dunia.”

Karena itu, pengobatan hati harus lebih diprioritaskan dari pengobatan fisik. Hati adalah pangkal segala kebaikan dan keburukan. Dan obat hati yang paling mujarab hanya ada dalam satu kata ini: ikhlas.

Kedudukan Ikhlas

Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.”

Tatkala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasul saw. berkata, “Engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”

Fudhail bin Iyadh memahami kata ihsan dalam firman Allah surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” dengan makna akhlasahu (yang paling ikhlas) dan ashwabahu (yang paling benar). Katanya, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.” Pendapat Fudhail ini disandarkan pada firman Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110.

Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”

Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”

Makna Ikhlas

Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.

Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.

Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.

Karena itu, bagi seorang dai makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian si dai menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dai yang berkarakter seperti itulah yang punya semboyan ‘Allahu Ghayaatunaa‘, Allah tujuan kami, dalam segala aktivitas mengisi hidupnya.

Buruknya Riya

Makna riya adalah seorang muslim memperlihatkan amalnya pada manusia dengan harapan mendapat posisi, kedudukan, pujian, dan segala bentuk keduniaan lainnya. Riya merupakan sifat atau ciri khas orang-orang munafik. Disebutkan dalam surat An-Nisaa ayat 142, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat itu) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”

Riya juga merupakan salah satu cabang dari kemusyrikan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti pada kalian adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Riya. Allah berkata di hari kiamat ketika membalas amal-amal hamba-Nya, ‘Pergilah pada yang kamu berbuat riya di dunia dan perhatikanlah, apakah kamu mendapatkan balasannya?’” (HR Ahmad).

Dan orang yang berbuat riya pasti mendapat hukuman dari Allah swt. Orang-orang yang telah melakukan amal-amal terbaik, apakah itu mujahid, ustadz, dan orang yang senantiasa berinfak, semuanya diseret ke neraka karena amal mereka tidak ikhlas kepada Allah. Kata Rasulullah saw., “Siapa yang menuntut ilmu, dan tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan perhiasan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan wangi-wangi surga di hari akhir.” (HR Abu Dawud)

Ciri Orang Yang Ikhlas

Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya:

1. Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.”

Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.

Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan berbagai macam cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”

2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)

Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.

3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya.

Para dai yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya. Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata.

sumber : DAKWATUNA


JIKA ADA KESALAHAN MOHON DI KOREKSIJAUHKAN PERDEBATAN, REKATKAN UKUWAH ISLAMIYAH.
»»  READMORE...
0 komentar more...

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA

by Tentang blog on Nov.22, 2009, under



“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal…” (QS. Yusuf ayat 111).

Sangat penting mempelajari sejarah dakwah Islam di Indonesia. Sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an ayat 111 bahwa mempelajari sejarah terdapat ibrah (pelajaran). Dengan memepelajari sejarah di masa lampau, kita dapat mengambil pelajaran untuk di masa yang akan datang dibuat perencanaan atau konsep yang lebih baik khususnya untuk dakwah di tanah air kita, Indonesia. Sesuai dengan hadist Rasulullah “Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini “.

Bahasa merupakan nilai tertinggi dari suatu peradaban. Suatu bangsa dipengaruhi nilai tertentu jika bahasanya dipengaruhi oleh nilai tersebut. Bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab (bahasa Al-Qur’an) contohnya kata ibarat yang kata dasarnya dari ibrah ini yang bermakna pelajaran dan masih banyak lagi bahasa indonesia yang berasal dari bahasa Arab. Ini membuktikan bahwa budaya Indonesia sudahdipengaruhi oleh budaya islami.

Sejarah masuknya Islam di Indonesia melalui babak – babak yang penting:

1. Babak pertama, abad 7 masehi (abad 1 hijriah).

Sejarah yang diajarkan di mata pelajaran mengajarkan kalau islam masuk pada abad ke -12. ini adalah pengaburan sejarah yang coba di kembangkan oleh kaum kafir. berikut adalah ke gigihan para mujahid dakwah menyebarkan agama Allah ke indonesia.

Pada abad 7 masehi, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para Dai yang datang ke Indonesia berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni bangsa Gujarat dan ada juga yang telah beradaptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni dari jalur sutera (jalur perdagangan) dakwah mulai merambah di pesisir-pesisir Nusantara.
Sejak awal Islam tidak pernah membeda-bedakan fungsi seseorang untuk berperan sebagai dai (juru dakwah). Kewajiban berdakwah dalam Islam bukan hanya kasta (golongan) tertentu saja tetapi bagi setiap masyarakat dalam Islam. Sedangkan di agama lain hanya golongan tertentu yang mempunyai otoritas menyebarkan agama, yaitu pendeta. Sesuai ungkapan Imam Syahid Hasan Al-Bana “ Nahnu du’at qabla kulla syai“ artinya kami adalah dai sebelum profesi-profesi lainnya.

Sampainya dakwah di Indonesia melalui para pelaut-pelaut atau pedagang-pedagang sambil membawa dagangannya juga membawa akhlak Islami sekaligus memperkenalkan nilai-nilai yang Islami. Masyarakat ketika berbenalan dengan Islam terbuka pikirannya, dimuliakan sebagai manusia dan ini yang membedakan masuknya agama lain sesudah maupun sebelum datangnya Islam. Sebagai contoh masuknya agama Kristen ke Indonesia ini berbarengan dengan Gold (emas atau kekayaan) dan glory (kejayaan atau kekuasaan) selain Gospel yang merupakan motif penyebaran agama berbarengan dengan penjajahan dan kekuasaan. Sedangkan Islam dengan cara yang damai.

Begitulah Islam pertama-tama disebarkan di Nusantara, dari komunitas-komunitas muslim yang berada di daerah-daerah pesisir berkembang menjadi kota-kota pelabuhan dan perdagangan dan terus berkembang sampai akhirnya menjadi kerajaan-kerajaan Islam dari mulai Aceh sampai Ternata dan Tidore yang merupakan pusat kerajaan Indonesia bagian Timur yang wilayahnya sampai ke Irian jaya.

2. Babak kedua, abad 13 masehi.

Di abad 13 Masehi berdirilah kerajaan-kerajaan Islam diberbagai penjuru di Nusantara. Yang merupakan moment kebangkitan kekuatan politik umat khususnya didaerah Jawa ketika kerajaan Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya karena konflik internal. Hal ini dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang membina di wilayah tersebut bersama Raden Fatah yang merupaka keturunan raja-raja Majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan Demak. Bersamaan dengan itu mulai bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya, walaupun masih bersifat lokal.

Pada abad 13 Masehi ada fenoma yang disebut dengan Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan dakwah di Indonesia. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya melalui saluran-saluran:

* a) Perdagangan
* b) Pernikahan
* c) Pendidikan (pesantren)

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang asli dari akar budaya indonesia, dan juga adopsi dan adaptasi hasanah kebudayaan pra Islam yang tidak keluar dari nilai-nilai Islam yang dapat dimanfaatkan dalam penyebaran Islam. Ini membuktikan Islam sangat menghargai budaya setempat selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

* d) Seni dan budaya

Saat itu media tontonan yang sangat terkenal pada masyarakat jawa kkhususnya yaitu wayang. Wali Songo menggunakan wayang sebagai media dakwah dengan sebelumnya mewarnai wayang tersebut dengan nilai-nilai Islam. Yang menjadi ciri pengaruh Islam dalam pewayangan diajarkannya egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia di hadapan Allah dengan dimasukannya tokoh-tokoh punakawam seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional (daerah) dalam langgam Islami, ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini sejak jaman para wali. Dalam upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai Islam.

* e) Tasawwuf

Kenyatan sejarah bahwa ada tarikat-tarikat di Indonesia yang menjadi jaringan penyebaran agama Islam.

3. Babak ketiga, masa penjajahan Belanda.

Pada abad 17 masehi tepatnya tahun 1601 datanglah kerajaan Hindia Belanda kedaerah Nusantara yang awalnya hanya berdagang tetapi akhirnya menjajah. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya yakni VOC, semejak itu hampir seluruh wilayah nusantara dijajah oleh Hindia Belanda kecuali Aceh. Saat itu antar kerajaan-kerajaan Islam di nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.

Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para Ulama saat itu. Ketika penjajahan datang, mengubah pesantren-pesantren menjadi markas-markas perjuangan, santri-santri (peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah sedangkan ulamanya menjadi panglima perangnya. Hampir seluruh wilayah di Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap penjajah adalah kaum muslimin beserta ulamanya.

Potensi-potensi tumbuh dan berkembang di abad 13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan-kerajaan Islam yang syair-syairnya berisikan perjuangan. Ulama-ulama menggelorakan Jihad melawan kaum kafir yaitu penjajah Belanda. Belanda mengalami kewalahan yang akhirnya menggunakan strategi-strategi:

* Politik devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah atau mengadu domba antara kekuatan Ulama dengan adat contohnya perang Padri di Sumatera Barat dan perang Diponegoro di Jawa.
* Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar seorang Guru Besar keIndonesiaan di Universitas Hindia Belanda juga seorang orientalis yang pernah mempelajari Islam di Mekkah, dia berpendapat agar pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah mahdhoh (khusus) dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah satunya adalah pembatasan terhadap kaum muslimin yang akan melakukan ibadah Haji karena pada saat itulah terjadi pematangan pejuangan terhadap penjajahan.

4. Babak keempat, abad 20 masehi

Awal abad 20 masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau politik balas budi yang sebenarnya adalah hanya membuat lapisan masyarakat yang dapat membantu mereka dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas budi memberikan pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi sebenarnya tujuannya untuk mensosialkan ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al-Qur’an dan hadist dan akan dijadikannya boneka-boneka penjajah. Selain itu juga mempersiapkan untuk lapisan birokrasi yang tidak mungkin pegang oleh lagi oleh orang-orang Belanda. Yang mendapat pendidikanpun tidak seluruh masyarakat melainkan hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu yang pemimpin-¬pemimpin pergerakan adalah berasalkan dari golongan bangsawan.

Strategi perlawanan terhadap penjajah pada masa ini lebih kepada bersifat organisasi formal daripada dengan senjata. Berdirilah organisasi Serikat Islam merupakan organisasi pergerakan nasional yang pertama di Indonesia pada tahun 1905 yang mempunyai anggota dari kaum rakyat jelata sampai priyayi dan meliputi wilayah yang luas. Tahun 1908 berdirilah Budi Utomo yang bersifat masih bersifat kedaerahan yaitu Jawa, karena itu Serikat Islam dapat disebut organisasi pergerakan Nasional pertama daripada Budi Utomo.

Tokoh Serikat Islam yang terkenal yaitu HOS Tjokroaminoto yang memimpin organisasi tersebut pada usia 25 tahun, seorang kaum priyayi yang karena memegang teguh Islam maka diusir sehingga hanya menjadi rakyat biasa. Ia bekerja sebagai buruh pabrik gula. Ia adalah seorang inspirator utama bagi pergerakan Nasional di Indonesia. Serikat Islam di bawah pimpinannya menjadi suatu kekuatan yang diperhitungkan Belanda. Tokoh-tokoh Serikat Islam lainnya ialah H. Agus Salim dan Abdul Muis, yang membina para pemuda yang tergabung dalam Young Islamitend Bound yang bersifat nasional, yang berkembang sampai pada sumpah pemuda tahun 1928.

Dakwah Islam di Indonesia terus berkembang dalam institusi-institusi seperti lahirnya Nadhatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, dan lain-lain. Lembaga-lembaga ke-Islaman tersebut tergabung dalam MIAI (Majelis Islam ‘Ala Indonesia) yang kemudian berubah namanya menjadi MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) yang anggotanya adalah para pimpinan institusi-institusi ke-Islaman tersebut.

Di masa pendudukan Jepang, dilakukan strategi untuk memecah-belah kesatuan kekuatan umat oleh pemerintahan Jepang dengan membentuk kementrian Sumubu (Departemen Agama). Jepang meneruskan strategi yang dilakukan Belanda terhadap umat Islam. Ada seorang Jepang yang faham dengan Islam yaitu Kolonel Huri, ia memotong koordinasi ulama-ulama di pusat dengan di daerah, sehingga ulama-ulama di desa yang kurang informasi dan akibatnya membuat umat dapat terbodohi.

Pemerintahan pendudukan Jepang memberikan fasilitas untuk kemerdekaan Indonesia dengan membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan dilanjuti dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan lebih mengerucut lagi menjadi Panitia Sembilan, Panitia ini yang merumuskan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945. Piagram Jakarta merupakan konsensus tertinggi untuk menggambarkan adanya keragaman Bangsa Indonesia yang mencari suatu rumusan untuk hidup bersama. Tetapi ada kalimat yang kontroversi dalam piagam ini yaitu penghapusan “7 kata “ lengkapnya kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya yang terletak pada alinea keempat setelah kalimat Negara berdasarkan kepada Ketuhan Yang Maha Esa.

Babak kelima, abad 20 & 21.

Pada babak ini proses dakwah (Islamisasi) di Indonesia mempunyai ciri terjadinya globalisasi informasi dengan pengaruh-pengaruh gerakan Islam internasional secara efektif yang akan membangun kekuatan Islam lebih utuh yang meliputi segala dimensinya. Sebenarnya kalau saja Indonesia tidak terjajah maka proses Islamisasi di Indonesia akan berlangsung dengan damai karena bersifat kultural dan membangun kekuatan secara struktural. Hal ini karena awalnya masuknya Islam yang secara manusiawi, dapat membangun martabat masyarakat yang sebagian besar kaum sudra (kelompok struktur masyarakat terendah pada masa kerajaan) dan membangun ekonomi masyarakat. Sejarah membuktikan bahwa kota-kota pelabuhan (pusat perdagangan) yang merupakan kota-kota yang perekonomiannya berkembang baik adalah kota-kota muslim. Dengan kata lain Islam di Indonesia bila tidak terjadi penjajahan akan merupakan wilayah Islam yang terbesar dan terkuat. Walaupun demikian Allah mentakdirkan di Indonesia merupakan jumlah peduduk muslim terbesar di dunia, tetapi masih menjadi tanda tanya besar apakah kualitasnya sebanding dengan kuantitasnya.

JIKA ADA KESALAHAN MOHON DI KOREKSIJAUHKAN PERDEBATAN, REKATKAN UKUWAH ISLAMIYAH.
»»  READMORE...
0 komentar more...

dalil tentang dakwah

by Tentang blog on Nov.22, 2009, under



وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنْ الْمُسْلِمِينَ . وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ . وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata:”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Fushshilat: 33-35).
Ayat di atas merupakan bekal utama bagi para aktivis dakwah di jalan Allah (dai), agar selalu semangat dan istiqamah, tidak pernah gentar dan getir, senantiasa menjalankan tugasnya dengan tenang, tidak emosional dan seterusnya. Ayat tersebut diletakkan setelah sebelumnya di awal surat Fushshilat Allah menggambarkan sikap orang-orang yang tidak mau menerima ajaran Allah. “Mereka mengatakan: hati kami tertutup, (maka kami tidak bisa menerima) apa yang kamu serukan kepadanya, pun telinga kami tersumbat, lebih dari itu di antara kami dan kamu ada dinding pemisah.” (Fushshilat: 5). Bisa dibayangkan bagaimana beratnya tugas dakwah jika yang dihadapi adalah orang-orang yang tidak mau menerima kebenaran, tidak mau diajak kepada kebaikan, lebih dari itu ia menyerang, memusuhi dan melemparkan ancaman. Setiap disampaikan kepada mereka ajaran Allah, mereka menolaknya dengan segala cara, entah dengan menutup telinga, menutup mata, atau dengan mencari-cari alasan dan lain sebagainya.
Dakwah di jalan Allah adalah kebutuhan pokok manusia. Tanpa dakwah manusia akan tersesat jalan, jauh dari tujuan yang diinginkan Allah swt. Para rasul dan nabi yang Allah pilih dalam setiap fase adalah dalam rangka menegakkan risalah dakwah ini. Di dalam Al-Qur’an, Allah swt tidak pernah bosan mengulang-ulang seruan untuk bertakwa dan menjauhi jalan-jalan setan. Tetapi manusia tetap saja terlena dengan panggilan hawa nafsu. Terpedaya dengan indahnya dunia sehingga lupa kepada akhirat. Dalam surat Al-Infithaar ayat 6 Allah berfirman: yaa ayyuhal insaan maa gharraka birabbikal kariim? (wahai manusia apa yang membuat kamu terpedaya, sehingga kamu lupa terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah?)
Dalam ayat lain: kallaa bal tuhibbuunal aajilah watadzaruunal aakhirah (sekali-kali tidak, sungguh kamu masih mencintai dunia dan meninggalkan akhirat) (Al-Qiyaamah: 20-21). Perhatikan bagaimana pahit getir yang harus ditempuh para pejalan dakwah. Sampai kapan manusia harus terus terombang-ambing dalam gemerlap dunia yang menipu kalau tidak ada seorang pun yang bergerak untuk melakukan dakwah? Di sini tampak bahwa tugas dakwah pada hakikatnya bukan hanya tugas para dai, melainkan tugas semua manusia yang mengaku dirinya sebagai hamba Allah –tak perduli apa profesinya– lebih-lebih mereka yang telah meletakkan dirinya sebagai aktivis dakwah.
Karenanya, persoalan dakwah bukan persoalan nomor dua, melainkan persoalan pertama dan harus diutamakan di atas segala kepentingan. Bila kita mengaku mencintai Rasulullah saw., maka juga harus mengaku bahwa berjuang di jalan dakwah adalah segala-galanya. Karena Rasulullah dan sahabat-sahabatnya tidak saja mengorbankan segala waktu dan hartanya bahkan jiwa raganya untuk dakwah kepada Allah. Bagi mereka rumah dan harta yang telah mereka bangun sekian lama di kota Makkah memang merupakan bagian dari kehidupan yang sangat mahal dan berharga. Tetapi mempertahankan iman dan menegakkan ajaran Allah di bumi adalah di atas semua itu. Karenanya mereka tidak pikir-pikir lagi untuk berhijrah dengan meninggalkan segala apa yang mereka miliki. Mereka benar-benar paham bahwa iman dan dakwah pasti menuntut pengorbanan. Karenanya dalam berbagai pertempuran para sahabat berlomba untuk melibatkan dirinya. Mereka merasa berdosa jika tidak ikut terlibat aktif. Tidak sedikit dari mereka yang telah gugur di medan tempur. Semua ini menggambarkan kesungguhan dan kejujuran mereka dalam menegakkan risalah dakwah yang taruhannya bukan hanya harta benda melainkan juga nyawa.
Dakwah Adalah Tugas Yang Sangat Mulia
Ayat di atas dibuka dengan pernyataan: waman ahsanu qawlan. Ustadz Sayyid Quthub ketika menfasirkan ayat ini berkata: “Kalimat-kalimat dakwah yang diucapkan sang dai adalah paling baiknya kalimat, ia berada pada barisan pertama di antara kalimat-kalimat yang baik yang mendaki ke langit.” (lihat fii dzilaalil qur’an, oleh Sayyid Quthub, vol.5, h. 3121). Kata waman ahsanu Allah ulang di beberapa tempat dalam Al-Qur’an untuk menegaskan tingginya kualitas beberapa hal: Pada surat An-Nisa ayat 125 Allah berfirman: waman ahsanu diinan mim man aslama wajhahahuu lillaah (siapakah yang lebih bagus agamanya dari pada orang yang menyerahkan diri kepada Allah). Dalam Al Maidah ayat 50: waman ahsanu minallahi hukman (siapa yang lebih bagus ajarannya dari pada ajaran Allah). Dan pada ayat di atas: Siapakah yang lebih bagus perkataannya dari pada perkataan para dai di jalan Allah? Perhatikan semua ayat-ayat tersebut secara seksama, betapa tugas dakwah sangat Allah muliakan. Peringkatnya sangat tinggi, setara dengan kualitas hukum Allah dan penyerahan diri kepadaNya secara total.
Adalah suatu keharusan seorang dai, menyerahkan hidupnya kepada Allah swt. Ia tidak kenal lelah menjalani tugas-tugas dakwah. Pun ia tidak mengharapkan keuntungan duniawi di baliknya, kecuali hanyalah ridhaNya. Dalam Surat Yasiin ayat 21 Allah berfirman: “Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Toh kalaupun Allah membuka jalan rezeki baginya melalui jalan-jalan tak terduga “fadzaalika khairun ‘alaa khair“. Yang penting jangan sampai seorang dai orientasinya dunia. Sebab, bila seorang dai juga berorientasi dunia, kepada apa dia mau berdakwah, bukankah tema utama dakwah adalah ajakan untuk mempersiapkan diri menuju akhirat?
Berdakwah Dengan Amal
Ayat selanjutnya menegaskan pentingnya amal shalih: wa amila shaalihaa. Mengapa? Apa hubungannya dengan dakwah? Bahwa seorang dai jangan hanya ngomong saja, sementara perbuatannya jauh atau bahkan bertentangan dengan apa yang disampaikannya. Benar, bahwa perkataan dakwah adalah paling baiknya perkataan, tetapi itu kalau diikuti dengan amal shalih. Jika tidak, maka perkataan itu akan menjadi bumerang yang akan menyerang sang dai itu sendiri. Dalam Ash Shaf ayat 3 Allah berfirman: “Amat besar kebencian Allah, bila kamu hanya mengatakan tanpa mengerjakannya.”
Karenanya Rasulullah saw. tidak hanya berbicara, melainkan lebih dari itu seluruh perbuatannya merupakan contoh amal shalih. Allah swt. memberikan rekomendasi yang luar biasa dalam surat Al-Qalam ayat 4: “Dan sesungguhnya kamu (Mumhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Imam Ibn Katsir ketika menafsirkan ayat ini menyebutkan riwayat dari Aisyah ra.: bahwa akhlak Rasulullah saw. adalah Al-Qur’an (lihat Tafsir Ibn Katsir, vol.4, h.629). Dalam hadits-hadits yang diriwayatkan para ulama tidak semua berupa ucapan Rasulullah saw., melainkan banyak sekali yang berupa cerita para sahabat mengenai perilaku dan sikap Rasulullah saw. Banyak sekali hadits-hadits yang berupa ucapan pendek, to the point, tidak bertele-tele, mudah dihafalkan. Suatu gambaran betapa keberhasilan dakwah Rasulullah saw. adalah karena setiap yang diucapkannya langsung ada contohnya dalam bentuk amal nyata dari sikap dan akhlaknya yang sangat mulia.
Menampilkan Diri Sebagai Seorang Muslim Adalah Dakwah
Di antara ciri utama berdakwah kepada Allah, tidak saja mengamalkan ajaranNya dan menjauhi segala yang dilarang melainkan lebih dari itu menampilkan diri sebagai seorang Muslim di manapun ia berada, Allah berfirman pada ayat berikutnya: wa qaala innanii minal muslimiin. Dengan kata lain tidak cukup seorang mengamalkan Islam hanya dengan shalat, membayar zakat dan menjalankan haji, sementara dalam hidup sehari-harinya tidak mencerminkan Islam, misalnya ia tidak merasa berdosa dengan mempertontonkan auratnya di mana-mana, bergandengan tangan dengan wanita bukan istrinya di depan banyak orang, melakukan kemaksiatan, kezhaliman, korupsi, judi, perzinaan dengan terang-terangan. Anehnya, dia merasa malu untuk menampilkan Islam dengan sebenar-benarnya. Ia tidak merasa bangga sebagai seorang muslim. Bahkan Islam yang dipeluk digerogoti ajarannya sedikit demi sedikit, dengan sikap memperdebatkan prinsip-prinsipnya yang sudah baku, mencari-cari dalil untuk membangun keraguan terhadap kebenaran Islam.
Seorang aktivis dakwah sejati selalu bangga dengan identitasnya sebagai seorang muslim. Ia tidak takut menampilkan Islam sebagai pribadinya. Sungguh krisis umat Islam di mana-mana kini adalah krisis keberanian untuk menampilkan wajah Islam yang sebenarnya. Islam mengajarkan kedisiplinan, kebersihan, dan akhlak mulia, tetapi umat Islam di mana-mana selalu terkesan jorok, kotor dan beringas. Islam mengajarkan kejujuran, dan ketegasan dalam menegakkan hukum, tetapi penipuan dan korupsi justru merebak di tengah masyarakat yang mayoritasnya umat Islam. Mengapa ini semua terjadi? Bukankah orang-orang non-muslim sudah sedemikian jauh menampilkan dirinya sebagai bangsa yang bersih, disiplin dan lain sebagainya?
Benar, jika kemudian saya mendengar penyataan salah seorang muallaf : “Saya masuk Islam bukan karena umat Islam, melainkan karena kebenaran Islam. Seandainya umat Islam mampu menampilkan Islam dengan sebenar-benarnya, niscaya mereka akan berbondong-bondong masuk Islam.” Bahkan ada ungkapan yang sangat terkenal dan diulang-ulang hampir dalam setiap seminar di dalam di luar negeri: al-Islam mahjuubun bil muslimiin (kebenaran Islam terhalang oleh orang-orang-orang Islam sendiri). Perhatikan realitasnya, apa yang sedang berlangsung dalam diri umat Islam di mana-mana. Ya, kalau tidak berperang di antara mereka sendiri, mereka dizhalimi oleh pemimpinnya sendiri yang mengaku muslim.
Karenanya menampilkan Islam secara jujur dalam diri sebagai pribadi, dalam rumah tangga, dalam bermasyarakat dan dalam berbangsa dan bernegara adalah sebuah keniscayaan, dan menurut ayat di atas termasuk perbuatan yang sangat baik dan mulia. Oleh sebab itu pada ayat berikutnya Allah mengajarkan agar seorang dai selalu menyadari posisinya yang sangat mulia. Jangan sampai –karena suatu saat kelak menghadapi cobaan berupa munculnya orang-orang yang menolak dakwahnya dan lain sebagainya– ia kemudian emosional. Sehingga perkataannya lepas kontrol, lalu membalas cercaan mereka dengan cercaan. Atau lebih dari itu ia kemudian putus asa, lalu menjadi lesu dan patah arang. Akibatnya dakwah yang sangat Allah muliakan, ia lalaikan begitu saja.
Tidak, tidak demikian pribadi seorang aktivis dakwah. Seorang aktivis dakwah selalu menjiwai ayat ini: walaa tastawil hasanatu walas sayyi’ah. Benar, tidak akan pernah sama antara kebaikan dan keburukan. Kata-kata dakwah tetap lebih mulia dari kata-kata pencerca. Pertahankan kata-kata yang baik itu untuk terus menghiasi lidah sang dai. Jangan sampai terpengaruh emosi para pencerca lalu ditukar menjadi cercaan pula. Karenanya Allah ajarkan konsep: idfa’ billatii hiya ahsan, balaslah dengan ucapan yang lebih baik dan dengan cara yang lebih baik. Kata ahsan juga diulang pada ayat lain: wajadilhum billatii hiya ahsan, suatu sikap yang harus selalu menghiasi pribadi seorang dai setiap saat dan di manapun ia berada, lebih-lebih saat menghadapi penolakan, cercaan dan makian. Di saat seperti itu seorang dai, harus benar-benar tampil sempurna, bijak dan tenang. Mengapa? Sebab ia membawa misi Allah Yang Maha Perkasa. Maka ia harus selalu yakin dan percaya diri dengan posisinya. Tidak usah minder apalagi rendah diri.
Bahkan pada ayat selanjutnya Allah mengajarkan agar ia selalu tampil dengan penuh persahabatan, sekalipun mereka mencerca dengan penuh permusuhan. Perhatikan bagaimana Allah mengajarkan cara berdakwah yang efektif, di mana kemudian cara ini menjadi salah satu pilar utama dalam ilmu komunikasi modern. Setelah itu Allah menegaskan bahwa untuk itu semua seorang dai tidak cukup hanya dengan bermodal semangat, melainkan lebih dari itu harus mempunyai sifat sabar dan selalu memohon kepada Allah agar mendapatkan nasib yang baik, di dunia dan di akhirat. Tanpa sifat sabar dan doa untuk memperoleh nasib yang baik, segala proses akan menjadi sia-sia. Sebab segala kemenangan tidak akan pernah dicapai tanpa pertolonganNya.
وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

sumber : dakwatuna

JIKA ADA KESALAHAN MOHON DI KOREKSIJAUHKAN PERDEBATAN, REKATKAN UKUWAH ISLAMIYAH.
»»  READMORE...
0 komentar more...
Diberdayakan oleh Blogger.

Looking for something?

Use the form below to search the site:

Still not finding what you're looking for? Drop a comment on a post or contact us so we can take care of it!